Sabtu, 26 November 2011

1 Muharram 1433 - Sebuah Renungan di Tengah Malam

Hari ini tepat pada 26 November 2011 adalah bertepatan dengan pergantian tahun kalender Hijriyah Yang berarti kita memasuki tahun baru hijriah, tahun baru 1433 hijriah. Lantas, bagaimanakah seharusnya seorang muslim menyambut dan merayakan pergantian tahun baru Hijriyah ini. Sebagaimana di setiap ujung dari semua perbuatan dan amalan, maka diujung tahun Hijriyah yang lalu yang telah kita tinggalkan, kita sebagai muslim, harus mengintrospeksi diri dengan semua apa-apa yang telah kita perbuat dalam setahun terakhir. Sehingga kita dapat memilih semua bentuk amalan yang baik untuk tetap kita pertahankan dan kita tingkatkan porsi amalan yang baik untuk kita kerjakan dan meninggalakan semua perbuatan yang tidak bermanfaat, baik untuk diri kita ataupun orang sekitar kita.

Di tahun baru ini, kita harus semakin berusaha untuk menjadi hamba Allah SWT yang taat akan perintahnya, dengan semakin meningkatkan usaha untuk selalu menjalankan semua kewajiban dan menjauhi segala larangannya. Dengan demikian kalau ditahun-tahun lalu kita masih sering melakukan berbagai kekurangan dalam segala hal terutama masalah ubudiyah, maka marilah kita kejar kekurangan-kekurangan itu dengan semangat memperbaiki diri menuju kesempurnaan. Demikian pula ketika kita menjumpai masih banyak berbagai kemaksiatan dan dosa yang kita lakukan, maka sudah menjadi suatu keharusan untuk mengganti kemaksiatan dan dosa tersebut dengan semangat memperbanyak amalan-amalan saleh. Kapan lagi kita memperbaiki diri, kalau bukan dimulai dari sekarang? Dan pantaskah kita menunda untuk berjalan kearah kebaikan? Padahal kita tidak tahu kapan kehidpan didunia ini berakhir. Mungkin sebaiknya kita memutar lagi kata-kata hikmah yang berbunyi ‘Kejarlah Dunia Mu Seakan-akan kamu hidup seribu tahun lagi dan Kejarlah Akhirat Mu seakan-akan kamu akan mati hari ini’. Dan juga firman Allah SWT dalam surat al-anbya 34-35 : ‘Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu Muhammad, maka jika kalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap bernyawa akan merasakan mati, kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada kamilah kamu sekalian dikembalikan’. Ayat diatas sungguh sangat jelas menerangkan, bahwa kehidupan didunia ini tidak kekal, dan semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.

Jika demikian untuk apalagi kita berlama-lama dalam kubangan kemaksiatan, dan untuk apalagi kita menunggu hari esok untuk berbuat amalan soleh. Dan bukankah kita sudah tahu bahwa ajal manusia adalah rahasia Allah SWT semata. Firmannya dalam al-Qur’an menyatakan ‘Tiap-tiap umat memiliki batasan waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak akan mengundurkannya barang sesaatpun, dan tidak dapat pula memajukannya’. Dengan ayat ini kita dapat memahami bahwa umur kita akan terus berjalan seiring jarum jam berputar, dan kesempatan tidak akan pernah mengiringi putaran jarum jam, dan yang pasti kesempatan itu tidak akan pernah ada untuk kedua kalinya. Ini berarti umur kita bukannya semakin bertambah, tetapi sebaliknya dari tahun ketahun umur kita semakin berkurang.

Oleh sebab itu hidup kita ini harus banyak-banyak kita isi dengan memperbanyak amalan soleh, belajar dengan giat, bekerja dengan ikhlas, dan beribadah dengan hanya mengharap ridho Allah SWT semata. Memang untuk sekarang ini kita masih hidup, tetapi siapa tahu besok pagi kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru hijriah, tetapi siapa tahu tahun depan kita akan mati.

Alkisah seorang anak yang kebetulan adalah putera sahabat Umar bin Khatab. Alkisah sepulang dari sekolahnya dia menghitung tambalan-tambalan yang melekat dibajunya yang sudah usang dan jelek. Dengan rasa kasihan umar sang Amirul mukminin sebagai ayahnya mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara, yang isinya minta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong. Kemudian bendaharawan itu mengirim surat balasan kepada umar, yang isinya demikian : wahai umar adakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan?, Bagaimana kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu? Membaca surat bendaharawan itu, maka seketika itu juga umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati anakanya dan berkata : Wahai anaku, berangkatlah kesekolah dengan baju usangmu itu sebagaimana biasanya, karna akau tidak dapat memperhatikan umurku walaupun untuk satu jam. Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, kecuali hanya Allah SWT semata.

Kembali kepada masalah introspeksi diri dalam menyambut tahun baru hijriah. Sangat perlu bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat, penilaian dan penimbangan ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan kita, tapi juga untuk mengendalikan semua bentuk amalan perbuatan yang akan kita lakakan dengan penuh pikiran, pertimbangan, dan pertanggung jawaban. Sebab, terkadang manusia yang tidak pernah bercermin diri bagaikan binatang liar yang terlepas dari jeratan, ia akan berlari dengan sekencang-kencangnya dan melompat dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kalau itu akan mebahayakannya kembali. Manusia yang demikian akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa berpikir dan pertimbangan, yang pada akhirnya ia akan terjatuh ditempat yang sama dan meratapi perbuatannya dengan berulang-lang kali, sungguh malang nasibnya jika setiap tahun ia harus terjatuh dan terjatuh lagi ditempat yang sama. Ada satu sabda nabi yang menjadi dasar bahwa orang yang enggan untuk berintrospeksi termasuk ke dalam golongan orang dengan perbuatan yang tercela, ‘Tanda kecelakaan itu ada empat: 1.Tidak mengingat ingat dosa yang telah lalu, padahal dosa-dosa itu tersimpan disisi Allah SWT. 2.Menyebut nyebut segala kebaikan yang telah diperbuat padahal siapa pun tidak tahu apakah kebaikan kebaikan itu diterima atau ditolak. 3.Memandang orang yang lebih unggul dalam soal duniawi. Dan 4. Memandang orang yang lebih rendah dalam hal agama’.

Kesimpulan akhir dari uraian berkenaan datangnya tahun baru 1 Muharram 1433 Hijriyah ini adalah bahwa sebagai muslim yang taat dengan ajaran Allah SWT. Hendaklah kita menyambut tahun baru hijriah ini dengan berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita ditahun lalu, bukan penyambutan sebagaimana datangnya tahun baru masehi. Disamping itu, hidup manusia semakin hari semakin berkurang. Maka layaknya manusia yang taat kepada Allah harus mempergunakan kesempatan hidupnya didunia ini dengan sebaik mungkin. Karna ajal manusia merupakan rahasia tuhan, dan kita tidak akan pernah membalikkan waktu.


still trying to breaking my habit 'being dependence on you'...though it's so hurt and so hard....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar