Sabtu, 26 November 2011

1 Muharram 1433 - Sebuah Renungan di Tengah Malam

Hari ini tepat pada 26 November 2011 adalah bertepatan dengan pergantian tahun kalender Hijriyah Yang berarti kita memasuki tahun baru hijriah, tahun baru 1433 hijriah. Lantas, bagaimanakah seharusnya seorang muslim menyambut dan merayakan pergantian tahun baru Hijriyah ini. Sebagaimana di setiap ujung dari semua perbuatan dan amalan, maka diujung tahun Hijriyah yang lalu yang telah kita tinggalkan, kita sebagai muslim, harus mengintrospeksi diri dengan semua apa-apa yang telah kita perbuat dalam setahun terakhir. Sehingga kita dapat memilih semua bentuk amalan yang baik untuk tetap kita pertahankan dan kita tingkatkan porsi amalan yang baik untuk kita kerjakan dan meninggalakan semua perbuatan yang tidak bermanfaat, baik untuk diri kita ataupun orang sekitar kita.

Di tahun baru ini, kita harus semakin berusaha untuk menjadi hamba Allah SWT yang taat akan perintahnya, dengan semakin meningkatkan usaha untuk selalu menjalankan semua kewajiban dan menjauhi segala larangannya. Dengan demikian kalau ditahun-tahun lalu kita masih sering melakukan berbagai kekurangan dalam segala hal terutama masalah ubudiyah, maka marilah kita kejar kekurangan-kekurangan itu dengan semangat memperbaiki diri menuju kesempurnaan. Demikian pula ketika kita menjumpai masih banyak berbagai kemaksiatan dan dosa yang kita lakukan, maka sudah menjadi suatu keharusan untuk mengganti kemaksiatan dan dosa tersebut dengan semangat memperbanyak amalan-amalan saleh. Kapan lagi kita memperbaiki diri, kalau bukan dimulai dari sekarang? Dan pantaskah kita menunda untuk berjalan kearah kebaikan? Padahal kita tidak tahu kapan kehidpan didunia ini berakhir. Mungkin sebaiknya kita memutar lagi kata-kata hikmah yang berbunyi ‘Kejarlah Dunia Mu Seakan-akan kamu hidup seribu tahun lagi dan Kejarlah Akhirat Mu seakan-akan kamu akan mati hari ini’. Dan juga firman Allah SWT dalam surat al-anbya 34-35 : ‘Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu Muhammad, maka jika kalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap bernyawa akan merasakan mati, kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada kamilah kamu sekalian dikembalikan’. Ayat diatas sungguh sangat jelas menerangkan, bahwa kehidupan didunia ini tidak kekal, dan semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.

Jika demikian untuk apalagi kita berlama-lama dalam kubangan kemaksiatan, dan untuk apalagi kita menunggu hari esok untuk berbuat amalan soleh. Dan bukankah kita sudah tahu bahwa ajal manusia adalah rahasia Allah SWT semata. Firmannya dalam al-Qur’an menyatakan ‘Tiap-tiap umat memiliki batasan waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak akan mengundurkannya barang sesaatpun, dan tidak dapat pula memajukannya’. Dengan ayat ini kita dapat memahami bahwa umur kita akan terus berjalan seiring jarum jam berputar, dan kesempatan tidak akan pernah mengiringi putaran jarum jam, dan yang pasti kesempatan itu tidak akan pernah ada untuk kedua kalinya. Ini berarti umur kita bukannya semakin bertambah, tetapi sebaliknya dari tahun ketahun umur kita semakin berkurang.

Oleh sebab itu hidup kita ini harus banyak-banyak kita isi dengan memperbanyak amalan soleh, belajar dengan giat, bekerja dengan ikhlas, dan beribadah dengan hanya mengharap ridho Allah SWT semata. Memang untuk sekarang ini kita masih hidup, tetapi siapa tahu besok pagi kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru hijriah, tetapi siapa tahu tahun depan kita akan mati.

Alkisah seorang anak yang kebetulan adalah putera sahabat Umar bin Khatab. Alkisah sepulang dari sekolahnya dia menghitung tambalan-tambalan yang melekat dibajunya yang sudah usang dan jelek. Dengan rasa kasihan umar sang Amirul mukminin sebagai ayahnya mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara, yang isinya minta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong. Kemudian bendaharawan itu mengirim surat balasan kepada umar, yang isinya demikian : wahai umar adakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan?, Bagaimana kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu? Membaca surat bendaharawan itu, maka seketika itu juga umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati anakanya dan berkata : Wahai anaku, berangkatlah kesekolah dengan baju usangmu itu sebagaimana biasanya, karna akau tidak dapat memperhatikan umurku walaupun untuk satu jam. Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, kecuali hanya Allah SWT semata.

Kembali kepada masalah introspeksi diri dalam menyambut tahun baru hijriah. Sangat perlu bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat, penilaian dan penimbangan ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan kita, tapi juga untuk mengendalikan semua bentuk amalan perbuatan yang akan kita lakakan dengan penuh pikiran, pertimbangan, dan pertanggung jawaban. Sebab, terkadang manusia yang tidak pernah bercermin diri bagaikan binatang liar yang terlepas dari jeratan, ia akan berlari dengan sekencang-kencangnya dan melompat dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kalau itu akan mebahayakannya kembali. Manusia yang demikian akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa berpikir dan pertimbangan, yang pada akhirnya ia akan terjatuh ditempat yang sama dan meratapi perbuatannya dengan berulang-lang kali, sungguh malang nasibnya jika setiap tahun ia harus terjatuh dan terjatuh lagi ditempat yang sama. Ada satu sabda nabi yang menjadi dasar bahwa orang yang enggan untuk berintrospeksi termasuk ke dalam golongan orang dengan perbuatan yang tercela, ‘Tanda kecelakaan itu ada empat: 1.Tidak mengingat ingat dosa yang telah lalu, padahal dosa-dosa itu tersimpan disisi Allah SWT. 2.Menyebut nyebut segala kebaikan yang telah diperbuat padahal siapa pun tidak tahu apakah kebaikan kebaikan itu diterima atau ditolak. 3.Memandang orang yang lebih unggul dalam soal duniawi. Dan 4. Memandang orang yang lebih rendah dalam hal agama’.

Kesimpulan akhir dari uraian berkenaan datangnya tahun baru 1 Muharram 1433 Hijriyah ini adalah bahwa sebagai muslim yang taat dengan ajaran Allah SWT. Hendaklah kita menyambut tahun baru hijriah ini dengan berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita ditahun lalu, bukan penyambutan sebagaimana datangnya tahun baru masehi. Disamping itu, hidup manusia semakin hari semakin berkurang. Maka layaknya manusia yang taat kepada Allah harus mempergunakan kesempatan hidupnya didunia ini dengan sebaik mungkin. Karna ajal manusia merupakan rahasia tuhan, dan kita tidak akan pernah membalikkan waktu.


still trying to breaking my habit 'being dependence on you'...though it's so hurt and so hard....

Senin, 21 November 2011

My Dream comes true "The Adventure of Tintin - The Secret of the Unicorn"

Penantian lamaku akhirnya terbayar sudah!! Sebuah Film yang diadopsi dari komik favorit The Adventures of Tintin telah tayang. Sebelum versi 2011 ini, komik Tintin pernah diangkat ke layar lebar. Film prancis berjudul “Tintin et le mystère de la toison d’or” 'Tintin dan Misteri Bulu Domba Emas adalah sebuah film pertama yang diedarkan di Perancis pada 6 Desember 1961 Ini adalah film manusia dengan cerita tersendiri (tidak pernah dituliskan dalam bentuk komik), yang menampilkan tokoh-tokoh dari Petualangan Tintin. Film tersebut mengambil lokasi di Istanbu Turki, dan dianggap oleh para tintinologists sebagai salah satu film yang terbaik.
Namun sayangnya lanjutan dari film ini yang berjudul "Tintin dan Jeruk Biru (
Tintin et les Oranges Bleues) tidak mengalami kesuksesan, film ini diproduksi di Perancis tahun 1964. Ini adalah film kedua yang didasarkan pada script asli dan dimainkan oleh manusia, dimana ditampilkan berbagi tokoh yang ada di Petualangan Tintin. Tokoh Tintin dalam dua film ini diperankan oleh Jean-Pierre Talbot.

Steven Spielberg membeli opsi untuk memfilmkan Tintin beberapa waktu sebelum Herge meninggal pada tahun 1983, namun sayangnya pada waktu itu Spielberg belum pasti akan menjadi sutradaranya sehingga Herge menolak untuk menandatangani kontraknya. Merupakan suatu kebetulan pula jika sang penulis komik tersebut, Hergé, juga merupakan seorang penggemar dari karya-karya Spielberg. Herge beranggapan bahwa hanya sutradara pemenang Academy Awards itulah yang dapat dengan benar-benar membawa jiwa deretan karakter dan kisah yang terdapat dalam seri The Adventures of Tintin. Baru pada November 2002, perusahaan perfilman animasi terkemuka DreamWorks membeli hak untuk memfilmkan serial ini ke layar lebar. Sutradara terkenal dan dikenal luas sebagai pecinta Tintin, Steven Spielberg bekerjasama dengan Peter Jackson untuk membuat trilogynya dengan aktor utama, Jamie Bell sebagai Tintin dan Andy Serkis sebagai Kapten Haddock.Kedua sutradara besar tersebut mengatakan bahwa adaptasi ke layar lebar dalam bentuk bukan komikal akan memberikan tantangan tersendiri pada mereka, karena begitu dalamnya kesan yang telah melekat pada para pembacanya. Steven Moffat didapuk sebagai penulis naskah. Dalam penulisan naskah cerita The Adventures of Tintin ini, Steven Moffat menggandeng Edgar Wright dan Joe Cornish, dimana dia melakukan penandatangan kontrak dengan DreamWorks pada November 2006 untuk tiga film. Cerita itu diambil dari 23 serial ini yang telah terbit tidak termasuk Tintin dan Alpha-Art yang telah diterbitkan pada kurun waktu 1929 sampai dengan 1976. Spielberg akan menyutradarai film yang pertama dimana pengambilan gambarnya dimulai pada September 2008. Judul yang akan diadaptasi dalam bentuk film adalah Kepiting Bercapit Emas The Crab with the Golden Claws (1941), Rahasia Unicorn The Secret of the Unicorn (1943) dan kelanjutannya Harta Karun Rackham Merah Red Rackham’s Treasure (1944).



Walau pada awalnya proses adaptasi seri komik The Adventures of Tintin menuju sebuah film layar lebar banyak menemui hambatan, namun ketika Spielberg bertemu dengan Peter Jackson – seorang sutradara pemenang Academy Awards lainnya yang juga menggemari seri komik tersebut, perlahan-lahan proyek tersebut mulai menemukan titik terangnya. Dengan menggunakan teknologi motion capture yang dinilai akan lebih mampu untuk menangkap jiwa dari jalan cerita seri komik tersebut daripada jika dihadirkan sebagai sebuah tayangan live action, proses produksi The Adventures of Tintin pun akhirnya dimulai pada tahun 2009.

Dalam versi 2011 yang merupakan seri pertama dati trilogy yang direncanakan ini, dikisahkan Tintin (Jamie Bell) yang sedang berjalan-jalan ke sebuah pasar bersama anjingnya Snowy, secara tidak sengaja menemukan sebuah miniatur model dari kapal legendaris, The Unicorn. Tertarik dengan desain replika kapal yang unik tersebut, Tintin kemudian membelinya dengan harga yang murah. Anehnya, ketika Tintin telah berhasil membeli replika kapal tersebut, dua orang berusaha untuk mendekatinya dan membeli miniatur model kapal The Unicorn tersebut dari tangan Tintin. Jelas hal tersebut semakin menambah rasa ketertarikan Tintin mengenai miniatur model kapal The Unicorn tersebut.

Secara tidak sengaja, setelah meletakkan miniatur model kapal The Unicorn yang ia beli di rumahnya, miniatur model kapal tersebut kemudian lenyap dicuri oleh seseorang. Atas petunjuk yang ia dapat, Tintin lalu berangkat ke rumah Ivan Ivanovitch Sakharine (Daniel Craig) yang ia duga merupakan orang yang berada di balik hilangnya miniatur model kapal The Unicorn yang ia miliki. Tanpa diduga, Ivan kemudian menjelaskan bahwa terdapat tiga miniatur model kapal The Unicorn di dunia ini yang dibuat oleh seorang pelaut legendaris, Sir Francis Haddock (Andy Serkis), dan diserahkan kepada ketiga puteranya. Berbagai misteri yang meliputi The Unicorn akhirnya membulatkan tekad Tintin untuk segera mencari tahu mengenai apa sebenarnya yang membuat miniatur model kapal The Unicorn tersebut begitu diincar oleh banyak orang.

Ketika sebuah film berada di tangan orang-orang seperti Spielberg dan Jackson, rasanya sangat tidak mungkin untuk meragukan kualitas visual yang mereka hasilkan. Dan hal tersebut terbukti dari tampilan visual yang mereka hasilkan untuk The Adventures of Tintin. Sangat mengagumkan! Pilihan Spielberg dan Jackson untuk menyajikan kisah The Adventures of Tintin dalam bentuk teknologi motion capture juga terbukti sebagai sebuah keputusan yang sangat tepat. Setiap karakter di film ini mampu menghadirkan ekspresi wajah yang begitu hidup dan nyata, termasuk karakter Snowy, yang seringkali tampil mencuri perhatian di sepanjang penceritaan film ini.

Jalan cerita The Adventures of Tintin sendiri mampu menghadirkan esensi semangat petualangan dan bersenang-senang yang memang dipegang teguh oleh seri komik yang telah dirilis semenjak tahun 1962 tersebut. Walau mereka yang mengharapkan adanya sentuhan kisah yang emosional a la film-film animasi karya Walt Disney/Pixar kemungkinan besar akan kecewa dengan film ini, namun lewat deretan adegan yang mampu menggelitik jiwa komedi dan petualangan setiap penontonnya, The Adventures of Tintin mampu tampil menjadi sebuah tayangan yang menghibur – walaupun pada beberapa bagian, film ini tampil terlalu antusias dalam menghadirkan deretan adegan aksinya sehingga kurang mampu untuk menggali berbagai potensi kisah lain yang ada di dalam film ini.

Sayangnya, karakter utama film ini, Tintin, adalah satu-satunya karakter yang ditampilkan dengan karakterisasi yang terlalu berjalan datar. Entah itu karena pengarauh kurang mampunya vokal Jamie Bell dalam menghidupkan karakter Tintin, atau karena karakterisasi Tintin yang memang terlalu lemah, karakter Tintin cenderung terlihat menjemukan jika dibandingkan dengan karakter-karakter pendukung lainnya. Bagian bersenang-senang film ini kebanyakan akan penonton dapatkan ketika The Adventures of Tintin menghadirkan karakter-karakter seperti Captain Haddock (Serkis), Thompson dan Thompson (Simon Pegg dan Nick Frost), Snowy ataupun karakter antagonis seperti Ivan Ivanovitch Sakharine (Craig) yang notabene memiliki karakterisasi dan jiwa yang lebih berwarna daripada karakter Tintin.

Mereka yang memang semenjak lama telah menyukai seri kisah The Adventures of Tintin sepertinya tidak akan begitu kecewa dengan apa yang dihasilkan kolaborasi antara Steven Spielberg dengan Peter Jackson pada film ini. Dipenuhi dengan berbagai adegan aksi yang mampu ditampilkan lewat tata visual dan produksi yang mengagumkan, The Adventures of Tintin jelas berada pada barisan terdepan ketika berhubungan dengan kemampuan film ini untuk memuaskan para penikmatnya dengan tampilan produksinya. Seandainya Spielberg dan Jackson mau untuk sedikit memberikan ruang lebih besar untuk pengembangan karakter dan jalan cerita, mungkin The Adventures of Tintin akan mampu tampil lebih bermakna. Pun begitu, The Adventures of Tintin tetap mampu tampil sebagai sebuah tayangan animasi yang mengesankan.


The Adventures of Tintin (2011)



Directed by Steven Spielberg Produced by Peter Jackson, Steven Spielberg, Kathleen Kennedy Written by Steven Moffat, Edgar Wright, Joe Cornish (screenplay), Hergé (comics, The Adventures of Tintin) Starring Jamie Bell, Andy Serkis, Simon Pegg, Nick Frost, Daniel Craig, Tony Curran, Toby Jones, Gad Elmaleh, Mackenzie Crook, Daniel Mays, Cary Elwes, Phillip Rhys, Ron Bottitta Music by John Williams Cinematography Janusz Kamiński Editing by Michael Kahn Studio Columbia Pictures/Paramount Pictures/Amblin Entertainment/WingNut Films/The Kennedy/Marshall Company/Hemisphere Media Capital/Nickelodeon Movies Running time 107 minutesCountry United States, New Zealand Language English


Senin, 14 November 2011

Ibu


Ibu, adalah sosok yang tiada bandingannya. Sembilan bulan lamanya ‘menggendong’ buah hatinya kemanapun ia pergi,makin hari bebannya pun makin berat. Belum lagi saat kelahiran si kecil, ibu rela mempertaruhkan nyawanya. Lalu selama dua tahun, ibu menyusuinya, mengasuh, membelai dan membimbingnya hingga ia bisa mandiri. Ibulah yang pertama-tama mengajarkan berbagai kosa kata, nama-nama, mnyanyikan lagu, membacakan cerita, dan sebagainya. Ibu adalah sosok pertama yang mengenalkannya pada Sang Khalik dan mendekatkannya pada lingkungan. Begitu besar amanah yang dipikul seorang ibu.

Nabi Muhammad Saw suatu ketika bertanya kepada seorang laki-laki : ”Apakah Anda sangat ingin masuk surga? Surga yang sangat anda inginkan itu terletak di bawah kaki para ibu.” Dengan tegas Rasul Saw bersabda : “Aljannatu tahta aqdaamil ummahaati yang artinya surga itu terletak di bawah kaki ibu”. Kata-kata tersebut menjadi semboyan kemegahan kaum ibu.

‘Surga di bawah telapak kaki ibu’. Bagaimana mengartikannya? Banyak orang mengambil pelajaran tentang kewajiban setiap anak untuk berbakti kepada ibunya (orang tua) mengingat jasa ibu yang demikian teramat besar bagi sang anak. Jasa ibu yang demikian besar tidak bisa dibalas oleh seorang anak, walau dengan emas dan permata setinggi gunung sekalipun. Pemahaman yang demikian penting diresapi bagi ‘seorang anak’ agar ia mampu mengoptimalkan kebaktiannya kepada ibunya (orang tuanya). Dan hadits “surga di bawah telapak kaki ibu” itu menyimpan sisi hikmah yang agung bagi seorang ibu agar menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya karena kebaikan sang anak (surga) tergantung dari langkah kaki (upaya pendidikan) dari ibunya.

Rasulullah Saw menunjukkan penghormatannya pada kaum ibu dan meninggikan kedudukan kaum ibu. Kisah kepahlawan seorang Ibu pun menjadi perhatian penting dalam tapak sejarah, seperti Al-Khansa yang sanggup memotivasi dan menghantarkan putra-putranya mati syahid atau Siti Masyithoh yang menerjemahkan kasih sayangnya dengan membawa putra-putranya “ikut” bersama menemui Khalik demi mempertahankan keimanannya.

Karena itulah Rasul Saw memerintahkan seluruh umatnya untuk menghormati wanita, sebagaimana sabdanya : Maa akramannisa a illa kariimu wa la ahaanahunna illa laiimun. Artinya, ‘Yang memuliakan wanita, hanyalah orang yang mulia, dan yang menghinakan wanita, hanyalah orang yang hina’. Dan Islam menempatkan kewajiban berbakti kepada ibu melebihi kewajiban berbakti terhadap ayah. Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Beliau menjawab, “Ibumu.”Tanyanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Tanyanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, Ibumu” Kemudian tanyanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Bapakmu.” (Muttafaq ‘alaih).

Apa yang terjadi pada seorang anak saat ini’ adalah buah dari langkah-langkah sang ibu di masa lalunya. Sang ibu yang senantiasa menapaki jalan hidupnya di dalam kebaikan, mencari rezeki halal demi masa depan anak-anaknya, rajin bermunajat di penghujung malam mendoakan anak-anaknya, semua itu sangat mempengaruhi masa depan anaknya. Namun sebaliknya, andaikan sang ibu mencari rezeki dari jalan yang buruk, suka memberikan kata-kata kasar dan buruk kepada anaknya, memarahi dan memukuli anaknya, dan segala kegiatan beratribut buruk lainnya, maka akan berpengaruh pada perilaku anaknya. Ia akan menjadi buruk baik secara pemikiran maupun akhlak. Dan boleh jadi semua itu menjadi biang ketidakberhasilannya dalam bangku pendidikan. Seorang ibu yang selalu menapakkan langkahnya menuju kemaksiatan, maka sentuhan pendidikannya adalah penuh kemaksiatan. Kemaksiatan yang tertanam pada seorang anak ini bisa menghantarkannya kepada neraka. Contoh kecil saja bagaimana seorang ibu yang senantiasa berdusta kemudian ia memberikan sentuhan pendidikan kepada anaknya pun dengan dusta. Maka wajarlah jika kebiasaan dusta itu menurun kepada seorang anak. Padahal Rasulullah Saw telah bersabda barang siapa yang berkata dusta, maka kedustaannya itu akan menghantarkannya pada keburukan, dan keburukan itu akan menghantarkannya pada api neraka.

Tidaklah mungkin suatu output yang buruk, baik secara kognitif (keilmuan), afeksi (moralitas), dan konatif (operasional), dihasilkan dari suatu input yang baik. Sudah menjadi fakta empiris bahwa output yang buruk dihasilkan dari input yang buruk juga. Istilah kerennya adalah “garbage in garbage out”.

Anak-anak yang susah sekali diajak kepada jalan kebaikan, yang suka berhura-hura, yang berkata kotor, yang bermental preman, mimum-minuman keras, memakai narkoba, dan lain-lain, boleh jadi disebabkan oleh langkah dari ibu-ibu mereka yang kurang tepat di masa lalu. Dan tentu saja, ini tidak mengke sampingkan peran ayah sebagai pemimpin bagi ibu dan anak-anak.

Namun seringkali seorang anak tidak selamanya hanya berperan sebagai anak yang senantiasa diliputi pikiran untuk berbakti kepada ibu-(orang tua)-nya. Jika ia seorang anak laki-laki yang sudah beristri dan beranak, maka ia wajib pula memikirkan pendidikan isteri dan anak-anaknya. Jika ia seorang isteri yang telah bersuami dan beranak, maka ia wajib pula memikirkan kewajiban terhadap suami dan anak-anaknya.

Alangkah indah jika ungkapan di atas dipahami secara bijak oleh seorang anak dan juga seorang ibu. Seorang anak lebih melihat kepada 'kewajiban berbakti' dan seorang ibu akan lebih melihat kepada 'kewajiban mendidik'. Insya Allah jika demikian adanya, maka tidak akan pernah terjadi konflik yang mempertentangkan antara orang tua dan anak. Sebaliknya, suasana kehidupan keluarga terasa sangat kondusif buat menumbuh-suburkan potensi kebajikan yang akan menghantarkan mereka semua kepada surga Allah nan abadi kenikmatannya.

Saat ini kita melihat peran seorang ibu yang demikian strategis itu banyak ditinggalkan dan dilupakan oleh sebagian para ibu. Mereka lebih suka mengerjakan tugas lain selain tugas merawat dan mendidik anak. Seharusnya, bagaimana pun kesibukannya pekerjaan merawat dan mendidik anak adalah pekerjaan prioritas di atas pekerjaan yang lain. Tugas merawat dan mendidik anak bukanlah pekerjaan sepele. Dia membutuhkan profesionalitas. Bagaimana tidak? Tugas yang mengantarkan pada pencapaian sumber kebahagian yang semu saja (duniawi) membutuhkan profesionalitas, bagaimana dengan tugas yang menghantarkan pada kekuatan generasi yang menghantarkan pada kekuatan ummat? Padahal di dalam kekuatan ummat itulah potensi-potensi kebajikan yang menghantarkan pada kebahagian abadi (surga) bisa dioptimalkan? Jelas bahwa tugas demikian sangat membutuhkan profesionalitas, bahkan harus.

Fenomena penyimpangan perilaku sang anak yang kemudian ditelusur ternyata akibat pendidikan yang salah dari orang tua, menyadarkan akan kebenaran bahwa ‘surga sang anak itu memang berada di bawah telapak kaki ibunya. ’ Dalam kisah paman saya, keberhasilan studi sang paman (keberhasilan dunia) adalah berkat didikan kerja keras ibunya. Dan akhlakul karimah dari seorang anak yang akan menghantarkanya ke surga akhirat, adalah berkat didikan dari ibunya juga.

Semoga kita bisa mengoptimalkan rasa bakti kita pada orang tua kita pada satu sisi, dan mengoptimalkan daya didik kepada anak-anak kita pada sisi lainnya. Semua harus dijalankan secara terpadu, seimbang dan harmonis, demi lahirnya potensi-potensi kebaikan yang menghantarkan ke surga. Permasalahan bagaimana agar anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang sholih yang bersikap baik pada orang tuanya, terutama ibunya dan menghormati kaum ibu. Inilah tanggung jawab kita.



Jumat, 04 November 2011

Idul Qurban dan Dzulhijah


Di dalam putaran hari di dunia, akan kita jumpai hari dimana Allah SWT memberikan keutamaan di dalamnya. Keutamaan Allah tersebut diantaranya dengan dilipatgandakannya balasan amalan manusia dengan pahala yang berlipat, yang jumlah pahalanya tersebut tidak seperti hari-hari biasanya atau dengan kata lain jauh lebih besar jumlahnya. Di antara hari-hari tersebut adalah 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Muhammad SAW,

“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah).” Para sahabat pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)

Sudah menjadi suatu keharusan kaum Muslimin memanfaatkan sepuluh hari pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa, zikir, sedekah dan sebagainya. Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari-hari tersebut–kecuali hari yang kesepuluh–adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum Muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jemaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)

Sedangkan bagi para jemaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk memperbanyak zikir dan doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga pada hari tersebut kita semua berharap untuk mendapatkan keutamaan yang sangat besar serta ampunan dari Allah SWT. Karena Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa hari itu adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari dibebaskannya hamba-hamba yang Allah SWT kehendaki dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda beliau, “Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR. Muslim)

Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr. Yaitu hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum Muslimin merayakan Iduladha dan menjalankan salat Id serta memulai ibadah penyembelihan kurban, sementara para jemaah haji menyempurnakan amalan hajinya. Begitu pula hari-hari yang datang setelahnya, yang dikenal dengan istilah hari tasyriq, yaitu hari yang ke-11, ke-12 dan ke-13. Allah SWT mengkhususkan hari-hari tersebut sebagai hari-hari untuk makan, minum dan berzikir. Dan hari-hari itulah yang menurut keterangan para ulama adalah hari yang disebutkan dalam firman Allah SWT, “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (Al-Baqarah: 203).

Dzikir itu sendiri juga merupakan suatu amalan yang tata caranya tidak boleh menyimpang dari petunjuk Nabi Muhammad SAW. Sehingga para ulama juga memberikan peringatan dari dilakukannya takbir secara jama’i, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Yang dimaksud disini adalah takbir yang diucapkan secara bersama-sama dengan satu suara dan dipimpin oleh seseorang. Hal ini sebagaimana tersebut dalam fatwa para ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da`imah yang isinya, “(Yang benar) adalah setiap orang melakukan takbir sendiri-sendiri dengan suara keras. Karena sesungguhnya takbir dengan cara bersama-bersama (dengan satu suara yang dipimpin oleh seseorang) tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.”

Nabi Muhammad SAW telah bersabda, “Barang siapa yang mengamalkan amalan yang tidak ada syariatnya dari kami maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari Muslim)

Bentuk ketaatan yang sangat besar keutamaannya dan sangat penting untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT pad bulan Dzulhijjah ini adalah menyembelih binatang kurban. Amalan ini merupakan sunnah Nabi Ibrahim AS dan Nabi kita Muhammad SAW. Maka seorang muslim yang memiliki kemampuan semestinya menjalankan amal ibadah yang mulia ini, yaitu menyembelih hewan qurban, baik dia lakukan sendiri dan ini lebih afdal, atau meminta orang lain yang mengetahui hukum dan cara penyembelihan yang syar’i untuk melakukan penyembelihannya.

Secara syariat yang dimaksud hewan kurban adalah hewan yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hewan-hewan itu berupa unta, sapi, atau kambing. Yang menjadi dasar syariat penyembelihan hewan kurban adalah ayat Alquran, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah." (Al Kautsar 1-2)

Hukum berkurban adalah sunah muakkadah dengan dalil hadis dari Ummu Salamah yang menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda: "Jika kalian telah memasuki hari raya, tanggal 10 Dzulhijjah, dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, hendaknya ia tidak memotong rambut dan kukunya." (HR. Muslim).
Ungkapan "ingin berkurban" dalam hadis di atas mununjukkan kebijaksanaan dan pengampunan Allah terhadap orang yang belum mampu menunaikan kurban.
Sebagian ulama berpendapat bahwa berkurban hukumnya wajib bagi orang yang memiliki nisab zakat. Acuan mereka adalah hadis sahih yang berbunyi: “Barangsiapa berkelebihan (dalam harta) tetapi tidak menyembelih hewan kurban, janganlah dia mendekati masjidku." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Jumhur ulama menilai bahwa hadis tersebut mauquf dan tidak sampai kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa syariat berkurban itu hukumnya sunah ain untuk setiap individu muslim dan sunah kifayah untuk setiap keluarga muslim.

Adapun hikmah dan keutamaan qurban adalah :

1. Setiap helai bulunya bernilai kebaikan. Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]

2. Berkurban merupakan ciri keislaman seseorang. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3. Merupakan salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah. Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

4. Membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa. “Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]

5. Berkurban termasuk ibadah yang paling utama. “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya”. “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]. Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

6. Merupakan bagian dari syiar agama Islam. “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]

7. Teladan dari Nabi Ibrahim berkenaan dengan ujian kecintaan dari Allah. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]

makasih untuk inspirasinya....my sist..........