Jumat, 28 Oktober 2011

Indonesian Premier League vs Indonesian Super League Part2




"kalau kita membalas suatu serangan keras penuh tenaga dengan serangan balik yg penuh tenaga pula maka keseimbangan dalam tubuh kita sendiri akan hilang dan tubuh kita akan berada dalam kondisi yang sangat tidak stabil "


Liga domestik Indonesia akan menjadi dua lagi?...masih buram untuk memastikannya. karena masih panjang jalan cerita serta intrik-intrik para lakon di dunia sepakbola kita ini. Perubahan yang berlangsung sudah berjalan begitu cepat, tidak lagi mengikuti hitungan hari tetapi mengikuti hitungan detik.

Berita terkininya, ada surat balasan dari FIFA/AFC menjawab laporan salah satu exco PSSI mengenai pelanggaran-pelanggaran statuta yang dilakukan PSSI. Dalam surat tersebut, FIFA/AFC menolak melakukan intervensi karena masalah tersebut merupakan masalah internal PSSI. FIFA/AFC memberikan saran berupa penyelesaian melalui komite arbitrase atau melalui kongres yang memiliki hierarki tertinggi dalam pengambilan keputusan di dalam federasi. Sementara itu kemarin malamPT Liga Indonesia mengadakan RUPS. Dalam RUPS yang dianggap cacat hukum oleh PSSI ini dihadiri oleh
14 Tim yang antara lain Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Sriwijaya FC, PSPS PEKANBARU, Pelita Jaya FC Karawang, Persiwa Wamena, Persela Lamongan, Deltras Sidoarjo, Persiba Balikpapan, Persisam Putra Samarinda, Mitra Kukar, Persidafon Dafonsoro, Persib Bandung , Persijap Jepara. Sementara sehari sebelumnya PT. LPIS yang ditunjuk oleh PSSI untuk menyelenggarakan Liga Domestik di Indonesia, mengumumkan hasil daftar ulang klub-klub yang bersedia mengikuti IPL, yang diikuti oleh Persiraja Banda Aceh, PSMS Medan, Semen Padang, Persib Bandung, Persija Jakarta, Persijap Jepara, Persiba Bantul, Persibo Bojonegoro, Persebaya, Persema Malang, Arema, PSM Makassar, Bontang FC, Persidafon Dafonsoro, Persiwa Wamena, Persipura Jayapura, Mitra Kukar dan Sriwijaya FC. Ada beberapa tim yang diklaim oleh dua belah pihak mengikuti kompetisi mereka.

Tim kebanggaan kami sendiri, Arema, sudah menjadi korban perseteruan dua kubu ini. Berawal dari keputusan PSSI dengan melegalkan salah satu pihak sebagai pengelola resmi Arema yang uniknya pihak tersebut ternyata kurang bisa diterima oleh sebagian nawak Aremania (untuk masalah ini sudah pernah kami tuangkan dalam tulisan berjudul "Trust No One But Arema). Untuk kali ini, kami ingin menuliskan pendapat bukan tentang Arema lagi, tetapi berkenaan dengan sepak bola Indonesia yang semakin membingungkan.

Sebagai orang awam, keputusan-keputusan PSSI era baru ini memang cenderung aneh. Sekilas, ada kesan "pokoknya produk rezim NH dan kroni, pasti diberangus" dan digantikan oleh unsur produk baru yang revolusioner yang uniknya tercium aroma LPI yang kuat. Dengan mata telanjang pun seseorang yang sangat awam sepakbola akan berpendapat kalau
PSSI sudah mulai 'ngelantur' dan 'nyleneh' dengan keputusan2 yang sudah semakin tidak bijak. Mulai dari pemutusan sepihak kontrak Alfred Riedl dan digantikan oleh Wim Rijsbergen sang mantan pelatih kontestan LPI PSM Makassar, pergantian manajer Timnas kepada Ferry Kodrat yang orang LPI dari tim Persibo, penunjukan PT. LPIS sebagai pelaksana Liga menggantikan PT. LI. Dan yang paling heboh dan membuat gempar sepakbola Indonesia adalah penambahan kontestan liga dari 18 tim menjadi 24 tim. Keenam tim tersebut berhak naik kelas disertai bermacam alasan. Diantara keenam tim tersebut, Persebaya Surabaya, PSMS Medan dan Bontang FC. Bontang berhak naik kelas ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia tanpa disertai alasan-alasan yang logis olahraga yakni prestasi. Hanya karena Surabaya dan Medan dianggap ikon sepakbola yang kental sejarah sepakbolanya, dan Bontang FC sebagai tim terdegradasi terbaik. Sungguh wajar jika keputusan ini sangat melukai seluruh pelaku sepakbola Indonesia, terutama tim-tim yang susah payah bergelut mulai dari bawah.

Memang pertanggungjawaban atas gejolak yang muncul akibat keputusan ini adalah PSSI, tetapi sikap toleransi, tahu diri dan tahu malu semestinya harus muncul dari para klub penerima tiket gratis terebut. Kalau mereka menghormati sportivitas, mereka harusnya menolak keputusan tersebut demi menghindarkan konflik antar sesama klub. Yang terjadi sekarang ini mereka malah menerima dan mati-matian membela tiket gratis tersebut.

Langkah dari PSSI dengan memberi tiket gratis kepada 6 klub tersebut menyebabkan munculnya reaksi penolakan dari tim-tim yang dulunya berkompetisi di bawah bendera Liga Indonesia. Mereka bersepakat membentuk liga sendiri berbeda dan berdiri sendiri lepas dari liga yang digulirkan oleh PSSI. Berbagai alasan yang diutarakan sebagai pembenar langkah ini terdengar bernada kebencian dan pembalasan kepada kubu berseberangan. Kata pertama yang muncul dari benak kami adalah "TIDAK SETUJU" dengan liga sempalan ini, persis sama dengan ketidak setujuan kami pembentukan LPI berdalih revolusi kemarin. Masih kental ingatan kami akan kasus LPI musim lalu (juga sempat kami tulis di artikel "LSI vs LPI "Real big Match 2011"). Dengan alasan dan kondisi apapun, penyelenggaraan sesuatu yang bersifat tandingan dari pihak yang berseberangan hanya akan memulai masalah baru, termasuk dalam hal ini penyelenggaraan liga sepakbola. Masalah yang muncul sekarang ini pun tidak jauh-jauh, muaranya berawal dari lahirnya breakaway league yang lalu, LPI. Hal-hal semacam ini cenderung memperburuk keadaan dan bisa berakibat prestasi akan semakin jauh tertinggal dari negara-negara lain.

Ada quote bagus yang bisa dijadikan pelajaran dari komik Jepang 'Kungfu Boy'. Ketika tokoh utamanya 'Chinmi' belajar kungfu satu jari (bukan satu jiwa ... hehe), sang mentor memberikan satu kunci utama yang merupakan inti dari kungfu satu jari. "
kalau kita membalas suatu serangan keras penuh tenaga dengan serangan balik yg penuh tenaga pula maka keseimbangan dalam tubuh kita yang diserang akan hilang dan tubuh akan berada dalam kondisi yang sangat tidak stabil ". Suatu serangan penuh tenaga yang dilancarkan lawan jika kita balas dengan serangan yang penuh tenaga pula, yang ada adalah menghasilkan tumbukan dua energi yang sangat besar, yang malahan bisa merobohkan kedua belah pihak. Demikian halnya dengan kondisi sepakbola nasional yang tewur ini (bhs Malangnya ruwet).

Semestinya kasus penyelenggaran LPI kemarin bisa dijadikan pelajaran. Diawali dengan melakukan suatu gerakan mengatasnamakan Revolusi dengan segala cara termasuk meluncurkan breakway league, maka apa yang terjadi sekarang ini, dengan keberhasilan pihak-pihak dibelakang LPI mengambil alih kepemimpinan PSSI adalah hasil dari bentuk pemberontakan yang kelebihan tenaga alias kebablasan. Coba bayangkan kalau pada keadaan yang sudah tidak kondusif ini kita bersama melakukan counter attack yang lebih bertenaga lagi, hasil yang pasti kita petik adalah saling balas, saling dendam, kebencian yang semakin mengental dan mendarah daging terhadap kubu yang berseberangan. Seandainya situasi sepakbola yang sudah semrawut ini disikapi langkah yang frontal dengan membentuk liga baru sepertinya akan hanya akan menambah kesemrawutan kondisi persepakbolaan nasional. Terus sampai kapan lagi situasi seperti ini akan berakhir, harapan Timnas kita ikut serta di Piala Dunia akan tinggal impian, demikian juga dengan harapan agar klub-klub kita berprestasi di level internasional . Program sepakbola nasional akan kacau balau, karena satu rezim akan menganggap program lawannya buruk dan serta merta mengganti programnya sendiri yang dianggap lebih baik, demikian juga sebaliknya.

Analogi yang kami ambil adalah mengenai Pemilu Presiden RI. Tidak semua WNI pada pemilu kemsrin memilih bapak SBY sebagai presiden. Semakin lama dirasakan, semakin geram saja pihak yang tidak memilih bapak SBY terhadap kinerja beliau. Tetapi mau bagaimana lagi, presiden terpilih berdasar suara terbanyak. Apakah yang tidak memilih bapak SBY sebagai presiden dan tidak puas dengan kepemimpinannya, harus mendirikan Indonesia tandingan. PSSI memang penuh dengan keputusan yang kontroversial dan merugikan sebagian klub, tapi mau bagaimana lagi.

Tanpa adanya sikap legawa, sabar, saling pengertian untuk membangun keadaan yang lebih baik (apalagi ditunggangi kepentingan politis dan bisnis) maka kondisi ini tidak akan segera berlalu. Segala macam kebohongan dan perilaku hipokrit para pelaku sepakbola nasional hanya akan semakin sering menghiasi media massa. Bukankah FIFA/AFC sudah memberi keluasan wewenang kepada kita sendiri untuk memperbaiki keadaan ini. Seumpama jalan utamanya adalah KLB, janganlah KLB tersebut dijadikan ajang balas dendam. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah menumbuhkan kembali sikap saling respek, mau mengakui pendapat orang lain tanpa memvonis orang lain salah dan merasa diri sendiri paling benar, duduk bersama laiknya saudara demi kebaikan persepakbolaan negeri ini dengan melepas kepentingan pribadi, kepentingan golongan dan bahkan kepentingan politis. Kami hanyalah pecinta sepakbola, kami hanyalah pecinta Arema...kami merindukan sepakbola Indonesia..kami merindukan permainan Arema di lapangan hijau...tapi apa yang terjadi sekarang.....Seperti kata Iwan Fals..Sepakbola menjadi barang langka yang mahal......Kepada para stake holder sepakbola Indonesia.....Tolong..Selamatkan sepakbola kami..Jangan Rebut Kegemaran Kami...Karena dihidup yang semakin sulit ini, sepakbola adalah hiburan bagi kami...Lepaskan keegoan kalian..Lepaskan semua kepentingan pribadi dan golongan yang anda semua bawa...Tataplah kedepan untuk kepentingan yang lebih besar, yang lebih agung yaitu berkibarnya merah putih dan terbang tingginya garuda kita di persepakbolaan internasional.......Bravo sepakbola Indonesia...Jaya dan semakin majulah sepakbola Indonesia...Salam Satu Jiwa...AREMA.....


still have a wish...though it's going to fade away......miss you sist........

Selasa, 25 Oktober 2011

Barakallah - Maher Zain live in concert



Barakallah hu lakuma wa baraka alikuma..
Wa jamaah baina kuma fii khair...

Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkahNya kepadamu...hari ini...besok...selamanya......Amieeen......

Senin, 24 Oktober 2011

Hujan

Musim hujan sepertinya sudah hampir tiba, atau sudah tiba malah. Dengan tertutupnya langit oleh mendung di hampir setiap hari, dan bahkan di Malang kota kami, sudah dua hari ini hujan menyapa kami. Beragam reaksi pun berdatangan dari kita. Tetapi reaksi yang bagaimanakah yang harus kita tunjukkan sebagai umat Islam.

Di sebuah hadits Zaid bin Khalid Al-Juhani yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Zaid menceritakan: Rasulullah Saw pernah shalat Shubuh bersama kami di Al-Hudaibiyyah di bekas turunnya hujan di malam sebelumnya. Usai shalat, beliau menghadap ke arah jama'ah dan bertanya: "Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?" Para jama'ah menjawab : "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Kemudian beliau berkata: "Allah berfirman: "Di pagi hari, di antara hamba-hambaKu ada yang menjadi mukmin dan ada yang menjadi kafir kepadaKu". Orang yang mengatakan: "Tadi malam turun hujan untuk kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya," maka orang itu beriman kepadaku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata: "Tadi malam turun hujan untuk kita karena bintang-bintang tersebut," maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang itu.

Hujan, adalah salah satu tanda dari sekian banyak tanda kebesaran Allah, karenanya banyak sekali ayat yang menyatakan hal tersebut. Salah satunya adalah :
"Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (QS Ar-rum:48)

Masih banyak lagi ayat-ayat al qur’an yang menyatakan bahwa hujan adalah salah satu bukti kebesaran Allah, rasanya tidak pantas bagi kita yang mengaku beriman, tapi kemudian justru ‘menyesali’ kedatangan salah satu tanda kebesaran itu. Para petani sudah bisa memulai lagi pekerjaannya menanam padi atau tanaman lainnya. Itu salah satu contoh konkritnya, betapa hujan yang dikeluhkan oleh sebagian orang, justru merupakan berkah bagi sebagian yang lain, dan sekali lagi tidak pantas bagi kita untuk mengeluh dan mempertanyakan kebijakan Allah dengan mengganti musim panas menjadi musim hujan atau sebaliknya.

Ada memang hujan yang mengakibatkan banjir dan bencana seperti itu, tapi sama sekali tidak mengurangi arti hujan sebagai salah satu tanda kebesaran Allah, justru bencana banjir atau sejenisnya yang diakibatkan oleh hujan juga bisa kita maknai sebagai salah satu tanda kebesaran Allah untuk memperingatkan kita.

Selain menggambarkan hujan sebagai rahmat, dengan menyirami bumi yang tandus dan menumbuhkan tumbuhan sebagai rezeki bagi kita, al qur’an juga menceritakan bagaimana sebagian umat-umat terdahulu diperingatkan Allah dengan datangnya hujan yang membawa malapetaka kepada mereka, yang diakibatkan ‘pembakangan’ mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Kita masih ingat umat mana saja yang mendapatkan azab berupa hujan yang membawa bencana, bahkan ada diantar mereka yang dihujani dengan batu. Kaumnya Nabi Luth, mereka dihujani dengan batu, karena melakukan penyimpangan seksual. Juga kaum Nabi Nuh dan bahkan anaknya ikut ditenggelamkan oleh Allah dengan hujan dan banjir karena pengingkarannya terhadap seruan Nabi Nuh.

Itu adalah sebagian kisah dalam al qur’an yang menggambarkan hujan sebagai salah satu bukti kebesaran Allah, bahwa dengan kebesarannya Allah mampu menjadikan hujan sebagai rahmat atau sebagai azab sesuai dengan kehendak-Nya.

Turunnya hujan itu sendiri merupakan salah satu kesempatan yang terbaik untuk memanjatkan do’a. Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah do’a yg mustajab pd tiga keadaan : (1) Bertemunya dua pasukan, (2) Menjelang shalat dilaksanakan, dan (3) Saat hujan turun.”

Ada beberapa perilaku dicontohkan Rasulullah ketika turun hujan. Yaitu :

1. Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah.

2. Berdo’a ketika turun hujan sebagai rasa syukur pada Allah. Salah satu do’a yang dipanjatkan oleh Rasulullah ketika turun hujan adalah berdasarkan pada hadits berikut. “Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pd kami hujan yg bermanfaat]”.

Kesimpulannya adalah pilihannya ada pada kita. Secara syari’atnya, bagaimana kita berperilaku, bagaimana sikap dan ketaatan kita kepada Allah, akibatnya akan kembali kepada kita. Apabila baik sikap dan ketaatan kita, maka hujan yang diturunkan Allah akan menjadi rahmat bagi kita. Sebaliknya, ketika kita lebih banyak membangkang daripada menurut, maka seperti kaum nabi luth dan kaum Nabi Nuh itulah hujan yang mungkin akan kita terima. Jadi bagaimana kita hendaknya bersikap dengan turunnya hujan ?..."Alhamdulillah, sudah musim hujan lagi". Yaa..seperti itulah seharusnya hendaknya kita menyikapi datangnya hujan, jangan sekali-kali mengucapkan "Yaah, hujan lagi deh", atau "gara-gara hujan sih....", karena itu tidak baik dan berpotensi untuk mengurangi rasa syukur kita atas nikmat Allah swt atau bahkan kita terjebak pada kemusyrikan kalau kita berucap seperti itu.

Alhamdulillah....hujan di Malang selama 2 hari ini..merupakan hujan yang memberi berkah buatku....hujan turun bersamaan dengan turunnya sebuah maaf dan silaturahmi yang terjalin kembali....alhamdulillah.....

Sabtu, 22 Oktober 2011

Demi Allah, saya lebih sanggup dihukum didunia ini


Di pemerintahan Sayidina Umar Al Khattab r.a., ada seorang lelaki bernama Hassan. Pada suatu hari dia akan mengadakan perjalanan dengan menggunakan ontanya. Setelah lama menunggang kudanya, Hassan merasa letih, kemudian dia turun dari untanya dan bersandar di sebatang pohon lalu tertidur. Setelah sedar dari tidurnya didapatinya ontanya tidak ada. Terburu-buru dia mencari untanya itu. Dalam keadaan cemas, Hassan mendapati untanya, tetapi sudah dalam keadaan telah mati. Alangkah terkejutnya Hassan.

Seorang tua yang berada di sebelah unta Hassan mengaku telah membunuh onta tersebut, "Tetapi saya tidak berniat melakukannya, Onta ini telah memakan tanaman yang sudah aku rawat dengan tekun, jadi saya lempar onta tersebut dengan batu kecil. Ternyata batu itu mengenai tepat kepala onta anda, sehingga matilah onta itu."

Hassan yang sedang dalam keadaan bingung karena terbangun dari tidurnya dan bertambah terkejut karena mendapati ontanya mati, tidak bisa berpikir panjang lagi, amarahnya meledak dan tiba-tiba dia mencabut pedangnya dan diayun ke arah orang itu, orang tua itupun meninggal dengan keadaan leher terpenggal dari badan.

Hassan seakan-akan baru tersadar dari mimpi, dan sedetik itupun dia baru merasa menyesal yang teramat sangat. Dengan tergopoh-gopoh Hassan lalu mencari keluarga si mati dan menceritakan segala-galanya. Hari itu juga, dua orang anak lelaki orang tua itu kemudian membawa Hassan kepada Amirul Mukminin. Hassan pun dihadapkan ke mahkamah pengadilan. Dengan dihadiri oleh beberapa orang Sahabat, pengadilan pun mulai dijalankan.

Setelah mendengar pengakuan Hassan sendiri, Sayidina Umar selaku hakim kemudian menjatuhkan hukuman mati kepada Hassan. Mendengar itu Hassan berkata:

"Demi Allah, saya lebih sanggup dihukum didunia ini, daripada menerima hukuman di Akhirat kelak yaitu Neraka. Tapi wahai Amirul Mukminin, karena rumah saya jauh, saya mohon kebijaksanaan, agar saya diberi kesempatan untuk pulang sejenak. Saya ingin memberitahu keluarga saya, mereka semua belum tahu dan tidak akan tahu kalau saya tidak memberi tahu mereka.".

Sayidina Umar tidak dapat memenuhinya kalau tidak ada yang berani memberikan jaminan akan keberadaan Hassan. Walaupun Hassan terus memohon, tetapi Sayidina Umar tetap tidak bergeming dengan keputusannya.

Akhirnya seorang sahabat yang bernama Abu Dzar berkata "Sekalipun saya tidak mengenal saudara Hassan, namu atas nama sahabat Rasulullah, saya minta tuan hakim untuk mengabulkan permohonan Hassan. Jika nantinya saudara Hassan tidak datang pada hari dijatuhkannya hukuman, maka biarlah saya yang menggantikan posisi saudara Hassan untuk menjalani hukuman."

Dengan adanya jaminan dari sahabat Abu Dzar tersebut, maka Hassan pun diperkenankan untuk pulang ke kampungnya. Sesampai di rumah, Hassan kemudian memberitahu keluarganya tentang apa yang sudah terjadi kepadanya, sembari meminta maaf kepada seluruh keluarganya, Hassan berkata, “Biarlah saya jalani hukuman di dunia dari pada saya akan menerima hukuman di Akhirat kelak.”

Menangislah ibu, bapak dan anak-isterinya. Tetapi Hassan tidak pada pendiriannya. Secepatnya dia kembali ke pengadilan yang letaknya lumayan jauh, terus dipacu Ontanya menuju ke tempat pengadilan. Hanya kepada Allah lah dia merasa takut.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba tali kekang kudanya putus. Sekali lagi Hassan sangat kuatir kalau-kalau dia tidak akan bisa tiba kembali di pengadilan secara tepat waktu dimana hukuman mati baginya akan dilaksanakan. Dengan susah payah, hassan berhasil menyambung tali kekang ontanya tersebut dan dengan tergesa-gesa dia kembali memacu ontanya menuju ke tempat pengadilan. Akhirnya emang dia berhasil sampai di pengadilan akan tetapi waktu pelaksanaan hukuman sudah habis.

Di tempat eksekusi, dikarenakan waktu yang diberikan kepada Hassan sudah habis, maka Abu Dzar bersiap menggantikan tempat Hassan. Dalam suasana kepanikan dan kecemasan yang memuncak, tiba-tiba dari kejauhan, nampak onta yang dipacu Hassan berlari kencang menuju ke tempat itu. Setelah yakin yang datang tersebut adalah Hassan, mereka semua berteriak, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!”

Suasana tiba-tiba berganti menjadi sedih dan haru. Betapa jujur anak muda Hassan, dalam memegang janji sekalipun nyawanya akan melayang. Sembari turun dari kudanya, Hassan mengadap tuan hakim dan berkata,

“Demi Allah, saya tidak berniat untuk lari dari hukuman ini. Tali kekang onta saya putus di tengah padang pasir, saya berusaha keras memperbaikinya, Alhamdulillah, saya berhasil dan dengan selamat sampai di sini, tuan hakim.” Kemudian disambungnya, sebelum saya menjalani hukuman, izinkan saya shalat 2 rakaat."

Sayidina Umar pun mengabulkan permohonan Hassan. Dalam doa akhirnya, Hassan berdoa: “Ya Allah, ampunkanlah semua dosaku yang telah aku lakukan didunia ini, sehingga aku dapat terbebas dari siksa api neraka.” Kemudian Hassan pun menghadap menyerahkan dirinya untuk menjalani hukuman mati kepada hakim. Disaat yang sangat genting itu, tiba-tiba dua bersaudara kakak-beradik anak si mati menghadap hakim dan berkata,

"Kami telah menyaksikan kejujuran dan keikhlasan saudara Hassan. Kami juga telah menyaksikan keberanian dan kasih sayang saudara Abu Dzar. Kami juga telah menyaksikan bagaimana ketegasan dan keadilan yang telah diterapkan oleh Amirul Mukminin dalam melaksanakan Hukum Allah, dengan semua kesaksian tersebut kami memperoleh kekuatan untuk meridhakan kematian ayah kami dengan cara memberi maaf saudara kami Hasan. Maka lepaskan saudara kami Hassan dari hukuman ini wahai Amirul Mukminin".

Mendengar itu, semua khalayak yang hadir berteriak “Allahu Akbar! Allahu Akbar!”. Mereka semua bersyukur karena telah terjadi sebuah kejadian yang menunjukkan semangat persaudaraan Islam disana dengan terampuninya seorang saudara mereka dari hukuman atas kesalahannya di dunia. Adapun hukuman di Akhirat, Wallahu Alam.

Banyak yang dapat kita pelajari dari peristiwa bersejarah itu. Dari seorang tua yang berani mengaku salah sehingga menemui kematian, kemudian Hassan yang berani mengakui kesalahannya dan menyerahkan diri untuk hukum mati. Kemudian Abu Zar yang berjiwa `sahabat` dan sanggup mati kerananya. Hakim yang tegas dan adil. Serta yang terakhir sekali dua beradik yang berhati mulia karena merelakan dan memaafkan pembunuh ayah mereka. Dengan Iman berkobar dihati dan dilandasi kasih sayang sesama makhluk Allah, di zaman Sahabat telah tercatat satu sejarah yang agung yang telah berhasil mengangkat Islam setinggi-tingginya. Beliau-beliau, telah menaklukkan bisikan-bisikan syetan dalam hati sehingga berhasil selamat di alam dunia, begitulah sebenar-benarnya kaum mukmin. Sehingga sesuai janji Allah, akan dianugerahkan Syurga bagi mereka. Sekarang Allah taqdirkan giliran kita, untuk menentukan nasib kita sendiri. Semoga kita menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya mengikuti jejak langkah mereka yang mulia lagi yang diridhai.

Seandainya yang kualami sekarang ini adalah hukuman yang harus kuterima untuk menebus semua kesalahanku....jika itu membawa kebaikan bagi semua meski tidak baik buatku......insya Allah...aku bisa ikhlas menerimanya....hanya kata maaf yang aku mohonkan....sekedar untuk membuatku merasa sedikit lebih baik.....

Minggu, 09 Oktober 2011

Garam dan Telaga



Kisah ini masih berhubungan erat dengan posting sebelumnya. Masih berkenaan dengan sulitnya menerima kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. Masih merupakan bagian kecil dari IKHLAS, yang sangatlah mudah diucapkan, tetapi sangat sulit untuk diterapkan. Semoga bermanfaat.

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, ia didatangi seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan wajahnya kusam. Keadaan tubuhnya tak karuan. Ia seperti sedang menghadapi sebuah masalah yang sangat menyusahkan hatinya. Begitu bertemu dengan si orang tua yang bijak, ia segera menceritakan semua permasalahan yang ia hadapi.
Pak Tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Begitu tamunya selesai bertutur, ia lalu mengambil segenggam garam dan memintanya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya," ujar Pak Tua itu. "Pahit...., pahit sekali," jawab anak muda itu sambil meludah ke samping. Pak Tua tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan-jalan di hutan sekitar rumahnya. Kedua orang itu berjalan di hutan sekitar rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan. Setelah melakukan perjalanan cukup lama, akhirnya mereka tiba di tepi sebuah telaga yang tenang. Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, ia mengaduk air telaga sehingga sebagian airnya terciprat membasahi wajah anak muda itu. "Sekarang, coba ambil air dari telaga ini dan minumlah!" ujar Pak Tua kemudian. Anak muda itu menuruti apa yang diminta Pak Tua. Ia segera meminum beberapa teguk air telaga. Begitu tamunya selesai mereguk air, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?" "Segar!" sahut anak muda itu. "Apakah engkau bisa merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi. "Tidak," jawab si anak muda. Dengan bijak, Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. Lalu ia mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarkanlah ucapanku. Pahitnya kehidupan yang engkau rasakan seperti segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu tergantung dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi ketika engkau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa engkau lakukan untuk mengatasinya. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu." Pak Tua itu kembali menambahkan nasihatnya, "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Qalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." Keduanya beranjak meninggalkan tepian telaga. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan segenggam garam untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya untuk meminta nasihat.

Kalau anda menggunakan Ponsel untuk membuka blog ini, cobalah alamat berikut
http://kholidmabrury.blogspot.com/?m=1

Sabtu, 08 Oktober 2011

This in not yours...so don't you cry for it


Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria. Pffhh…sungguh semua itu tlah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa. Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majelis-majelis dzikir yang akan mengantarkan pada ketentraman jiwa.

Hidup ini ibarat belantara.Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain. Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita. Apa yang memeng menjadi jatah kita di dunia, entah itu Rizki, jabatan, kedudukan pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikaNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadid ;22-23) Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh.

Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita,bukanya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: Pokoknya harus dia Ya Allah… harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan pakasa.Dan akhirnya kalaupun Allah memberikanya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkanya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkanya dengan marah karena niat kita yang terkotori.

Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah : “…. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 216) Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak!

Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!

Rabu, 05 Oktober 2011

Trust no one...but AREMA

TRUST NO ONE..THE TRUTH IS OUT THERE ....!!


Itulah sepenggal kalimat atau quote dari serial populer dekade 90an The X-Files yg kiranya bisa jadi pegangan warga MAKORU ( Malang kota ruko) terutama bagi AREMANIA untuk menyikapi isu & fakta berkaitan dg AREMA yg terjadi belakangan ini.

Hari ini 6 Oktober 2011, Andi Darussalam Tabussala (ADT) mengeluarkan statement klarifikasi terhadap konflik panjang dualisme AREMA. Pertanyaan yang langsung mengemuka di benak saya, mengapa baru sekarang setelah semua sudah diputuskan, mengapa tidak duluuuu sekali, ketika masih di awal-awal konflik saat konflik belum menjadi air yang mendidih yang bisa melukai seluruh AREMANIA.

Sekarang ini semua pihak berteriak-teriak, saling berperang statement di media-media, yang sayangnya pernyataan mereka tersebut bukannya menjernihkan dan semakin membingungkan karena semua pernyataan tersebut dikeluarkan berdasar keberpihakan terhadap kelompok tertentu yang semuanya membawa kepentingan pribadi & kepentingan politis, bukan berdasar azas netralitas berhati AREMA. Lantas siapa yang menjadi korbannya ?? AREMA, AREMANIA dan para calon pemain AREMA tentunya, yg dg tulus mendukung karena cinta sepakbola & berjuang tulus membela AREMA. Apakah ini yang dinamakan tindakan mereka berdasar rasa cinta terhadap AREMA. Wallahualam....

Sekiranya demo yg dilakukan sebagian nawak2 dihadapan komite peninjau AFC yg datang ke Gajayana 05 Okt 2011 kemarin diterima AFC, sehingga bisa berbuah keputusan yg berubah 180 derajat dg melegalkan AREMA nya Rendra, apakah tu bisa memperbaiki keadaan ? apakah bisa menjamin AREMA berprestasi di kompetisi tahun depan? apakah ini yang dinamakan kemenangan ? Malah yang bisa saya bayangkan, akan semakin kacaunya kondisi AREMA, segala sesuatu persiapan harus dimulai dari nol lagi, fakta di lapangan bahwa pemain dari AREMA kubu Rendra sudah berpencar, sementara waktu yang tersedia tidak lebih dari 10 hari. Apalagi sempat beredar isu penggunaan tindak premanisme untuk menekan pihak yg berseberangan.
Kasihan AREMA & AREMANIA...

Buat saya pribadi...Keikutsertaan AREMA di liga Indonesia mendatang itu saja sudah merupakan berkah, saya tidak mengharapkan yang lebih dari itu. Mengapa??...Saya teringat sikap dari nawak AREMANIA terhadap LPI, prediksi awal saya pun dengan berhasil berkuasanya rezim LPI di grup lawak PSSI adalah, AREMA digantung nasibnya dan tidak diizinkan ikut kompetisi.

Nawak2 masih ingat, betapa resistennya AREMANIA terutama yang berdomisili di MALANG terhadap LPI dan hal yang berhubungan dengan LPI. Sewaktu perwakilan LPI datang ke MALANG untuk sosialisasi, AREMANIA menyambutnya dengan telur busuk dan tomat. Dengan berkuasanya pihak yang aremania benci di federasi sepakbola kita, bukankah hal yang mudah, kalau mereka (rezim Panigoro) menghapus huruf AREMA dan AREMANIA dari sejarah sepakbola indonesia (karena menurut fifa, apapun yang berkenaan dengan sepakbola di indonesia ya harus berbendera PSSI bukan bendera pemerintah). Sekarang saja sudah terlihat, pihak2 yang dulunya mendukung LPI, pasti sekarang memetik buah yang manis sekarang ini dan sebaliknya yang menentang, pasti akan dihabisi. Riedl yang bisa mengembalikan fanatisme sepakbola timnas tetapi dianggap antek bakrie, langsung di kick out. Persebaya yang jelas-jelas degradasi ke divisi 2,bim salabim baik ke liga level1, begitu juga dengan psms yang dekat dengan bang sihar, masih banyak dan akan banyak lagi sulapan-sulapan canggih ala lpi beserta crewnya yang akan bisa kita tonton sepanjang masa kepengurusan klan baru lpi ini. Tetapi,suka tidak suka, inilah penguasa sepakbola negeri kita, inilah rezim baru yang harus kita patuhi.

Itulah alasan panjang lebar saya, kenapa hanya dengan diberi kesempatannya AREMA untuk ikut berpartisipasi di liga indonesia saja, itu merupakan berkah yang harus di syukuri AREMANIA. Toh bagaimanapun, AREMA masih hidup, AREMA masih selamat dan AREMA masih diberi kesempatan untuk menyapa AREMANIA dari lapangan hijau.

Kesimpulan saya pribadi, mari kita satukan kembali teriakan AREMA kita. Yaaa, hanya lima huruf A, R, E, M dan A. Tanpa embel-embel pro M. Noer, pro Rendra, pro Lucky dan pro-pro yang lain apalagi pro PSSI. Buktikan kita tidak bisa dipecah-belah, buktikan semua itu dengan prestasi, dan buktikan bahwa di hati kita hanya ada lima huruf saja......salam satu jiwa....AREMA.......




Tulisan ini ditulis tepat 2 bulan kurang 6 hari, saya kehilangan kontak dengan adik sekaligus sahabat yang sangat berarti buat saya, dikarenakan kesalahan yang telah saya lakukan,so..ditulisan ini pula saya titipkan berjuta ma'af buat dia........