Senin, 24 Oktober 2011

Hujan

Musim hujan sepertinya sudah hampir tiba, atau sudah tiba malah. Dengan tertutupnya langit oleh mendung di hampir setiap hari, dan bahkan di Malang kota kami, sudah dua hari ini hujan menyapa kami. Beragam reaksi pun berdatangan dari kita. Tetapi reaksi yang bagaimanakah yang harus kita tunjukkan sebagai umat Islam.

Di sebuah hadits Zaid bin Khalid Al-Juhani yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Zaid menceritakan: Rasulullah Saw pernah shalat Shubuh bersama kami di Al-Hudaibiyyah di bekas turunnya hujan di malam sebelumnya. Usai shalat, beliau menghadap ke arah jama'ah dan bertanya: "Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?" Para jama'ah menjawab : "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Kemudian beliau berkata: "Allah berfirman: "Di pagi hari, di antara hamba-hambaKu ada yang menjadi mukmin dan ada yang menjadi kafir kepadaKu". Orang yang mengatakan: "Tadi malam turun hujan untuk kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya," maka orang itu beriman kepadaku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata: "Tadi malam turun hujan untuk kita karena bintang-bintang tersebut," maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang itu.

Hujan, adalah salah satu tanda dari sekian banyak tanda kebesaran Allah, karenanya banyak sekali ayat yang menyatakan hal tersebut. Salah satunya adalah :
"Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (QS Ar-rum:48)

Masih banyak lagi ayat-ayat al qur’an yang menyatakan bahwa hujan adalah salah satu bukti kebesaran Allah, rasanya tidak pantas bagi kita yang mengaku beriman, tapi kemudian justru ‘menyesali’ kedatangan salah satu tanda kebesaran itu. Para petani sudah bisa memulai lagi pekerjaannya menanam padi atau tanaman lainnya. Itu salah satu contoh konkritnya, betapa hujan yang dikeluhkan oleh sebagian orang, justru merupakan berkah bagi sebagian yang lain, dan sekali lagi tidak pantas bagi kita untuk mengeluh dan mempertanyakan kebijakan Allah dengan mengganti musim panas menjadi musim hujan atau sebaliknya.

Ada memang hujan yang mengakibatkan banjir dan bencana seperti itu, tapi sama sekali tidak mengurangi arti hujan sebagai salah satu tanda kebesaran Allah, justru bencana banjir atau sejenisnya yang diakibatkan oleh hujan juga bisa kita maknai sebagai salah satu tanda kebesaran Allah untuk memperingatkan kita.

Selain menggambarkan hujan sebagai rahmat, dengan menyirami bumi yang tandus dan menumbuhkan tumbuhan sebagai rezeki bagi kita, al qur’an juga menceritakan bagaimana sebagian umat-umat terdahulu diperingatkan Allah dengan datangnya hujan yang membawa malapetaka kepada mereka, yang diakibatkan ‘pembakangan’ mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Kita masih ingat umat mana saja yang mendapatkan azab berupa hujan yang membawa bencana, bahkan ada diantar mereka yang dihujani dengan batu. Kaumnya Nabi Luth, mereka dihujani dengan batu, karena melakukan penyimpangan seksual. Juga kaum Nabi Nuh dan bahkan anaknya ikut ditenggelamkan oleh Allah dengan hujan dan banjir karena pengingkarannya terhadap seruan Nabi Nuh.

Itu adalah sebagian kisah dalam al qur’an yang menggambarkan hujan sebagai salah satu bukti kebesaran Allah, bahwa dengan kebesarannya Allah mampu menjadikan hujan sebagai rahmat atau sebagai azab sesuai dengan kehendak-Nya.

Turunnya hujan itu sendiri merupakan salah satu kesempatan yang terbaik untuk memanjatkan do’a. Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah do’a yg mustajab pd tiga keadaan : (1) Bertemunya dua pasukan, (2) Menjelang shalat dilaksanakan, dan (3) Saat hujan turun.”

Ada beberapa perilaku dicontohkan Rasulullah ketika turun hujan. Yaitu :

1. Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah.

2. Berdo’a ketika turun hujan sebagai rasa syukur pada Allah. Salah satu do’a yang dipanjatkan oleh Rasulullah ketika turun hujan adalah berdasarkan pada hadits berikut. “Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pd kami hujan yg bermanfaat]”.

Kesimpulannya adalah pilihannya ada pada kita. Secara syari’atnya, bagaimana kita berperilaku, bagaimana sikap dan ketaatan kita kepada Allah, akibatnya akan kembali kepada kita. Apabila baik sikap dan ketaatan kita, maka hujan yang diturunkan Allah akan menjadi rahmat bagi kita. Sebaliknya, ketika kita lebih banyak membangkang daripada menurut, maka seperti kaum nabi luth dan kaum Nabi Nuh itulah hujan yang mungkin akan kita terima. Jadi bagaimana kita hendaknya bersikap dengan turunnya hujan ?..."Alhamdulillah, sudah musim hujan lagi". Yaa..seperti itulah seharusnya hendaknya kita menyikapi datangnya hujan, jangan sekali-kali mengucapkan "Yaah, hujan lagi deh", atau "gara-gara hujan sih....", karena itu tidak baik dan berpotensi untuk mengurangi rasa syukur kita atas nikmat Allah swt atau bahkan kita terjebak pada kemusyrikan kalau kita berucap seperti itu.

Alhamdulillah....hujan di Malang selama 2 hari ini..merupakan hujan yang memberi berkah buatku....hujan turun bersamaan dengan turunnya sebuah maaf dan silaturahmi yang terjalin kembali....alhamdulillah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar