Jumat, 08 Juli 2011

Persiapan Hati Menjelang Ramadhan

Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah [اَلتَّهَاوُنُ بِالْأَمْرِ إِذَا حَضَرَ وَقْتُهُ], yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.

Tidak lama lagi, kaum muslim di pelbagai penjuru dunia akan memasuki bulan suci Ramadhan 1432 H. Perasaan suka-cita membahana dalam sanubari menyambut kedatangannya. Seperti tamu agung, Ramadhan adalah ‘tamu’ yang selalu dinanti kedatangannya, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan jika sesorang mengetahui keutamaan yang ada dalam Ramadhan, tentu ia akan mengharap setiap hari adalah Ramadhan.


Meskipun begitu, menyambut bulan turunnya Al-Quran ini perlu melakukan persiapan agar pelaksanaan puasa berlangsung khidmat dan penuh hikmah. Layaknya orang yang akan melangsungkan perjalanan ke suatu tempat, perlu menyiapkan bekal, seperti itu pula saat hendak melaksanakan perjalanan ke ‘negeri’ Ramadhan.

Pertama, persiapan ilmu. Persiapan pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan pengetahuan seputar syarat sah, sunnah-sunnah, dan hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Ilmu menjadi penting sebagai syarat pertama, sebab seseorang diharapkan telah mengetahui jauh sebelum berucap dan beramal, termasuk dalam soal berpuasa. Ilmu yang dimaksud diantaranya mengetahui syarat dan rukun puasa sehingga semua hal yang sekiranya dapat membatalkan dan mengurangi nilai puasakita, bisa kita hindari.

Kedua, persiapan fisik. Menyiapkan jasmani yang prima akan melahirkan etos ibadah yang baik. Betul, bahwa kesehatan bukan segalanya tetapi dengan kesehatan kita bisa melakukan semua hal. Disebutkan dalam hadits, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah.”
Sekuat apapun komitmen ibadah yang hendak kita tunaikan, kala kesehatan tidak dalam kondisi fit, semua itu hanya menjadi mimpi-mimpi belaka yang tak kunjung terwujud.

Ketiga, persiapan batin. Yaitu membersihkan hati dan alam pikiran dari cabang-cabang penyakit hati, baik iri hari, dengki, dendam, sombong, suka pamer, gila pujian, dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri, kebiasaan yang berkembang selama ini ialah anjang sana ke sanak-saudara atau handai tolan,
Meminta maaf, terutama dengan orang-orang terdekat kita dan orang-orang disekeliling kita (misalnya suami, orangtua, dan anak kemudian saudara-saudara kita dan orang-orang yang sering dan pernah berinteraksi dengan kita) dengan harapan saat masuk Ramadhan hati sudah dalam keadaan bersih dan siap secara total beribadah kepada Allah. Dan yang terpenting adalah memperbaharui pernyataan taubat kita. Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat. Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Keempat, menata akhlak. Dalam hal apapun, akhlak menjadi urgen diperhatikan sebab keajegan beribadah yang bertumpu pada fiqih an sich membuat kering dari nilai-nilai kesejatian dan moral.
Akhlak dalam Ramadhan yang harus diperhatikan sejak dini adalah menjaga mata, telinga, kemaluan, lidah, dan anggota tubuh lainnya sehingga jangan sampai kita hanya puasa perut, puasa yang sekadar menahan makan dan minum, tapi kehilangan keutamaan-keutamaan Ramadhan. Tak lupa kita juga harus membuat suasana rumah yang menyenangkan dalam menyambut Ramadhan sehingga anak-anak akan ikut merasakan kegembiraan dalam bulan yang mulia ini.

Wahai kaum muslimin, agar buah bisa dipetik di bulan setelah Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Ramadhan, tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Syawal dan bulan-bulan setelahnya, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan yang sebaik-baiknya.

Puasa sejati adalah berpuasa secara kolektif, puasa yang menggabungkan antara puasa perut, anggota tubuh, dan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar